Selasa, Juli 21
- bagi Tri Agustini
1/
sesaat itu napasmu
datang terbata-bata
terengah-engah
mengisi mataku
seperti wangi sunyi
dalam kesepian
selalu saja aku terperangkap
sebuah isyarat, hingga
menuntunku berkali-kali
mengalami kebutaan dan dungu
2/
aku pernah bertanya
kerinduan apa yang kau
kirim menuju sukmaku
sebagai gigil yang sempurna
"aku kenangan yang sobek
di antara persinggahan"
tentu kau masih ingat kata-kata itu
pernah kubisikkan sebelum kau tertidur
3/
kau hanya memintaku
untuk menoleh sekali lagi
agar kau dapat meraba hatiku
yang sembunyi dan tersimpan dalam abad lamat
4/
suara itu kujelmakan seekor kupu-kupu
kemudian bersarang di pengupinganmu
sebelum kepergian memboyongku
jaga dirimu dan kenangan kita*
kau hanya mendesah
seperti tampas hujan
yang tergelincir ke tanah
menenggelamkan perasaan
sembari mengecup
kebekuan di wajahku
kau bergumam
world is unfair !
5/
adalah airmata
yang terbang dari pelipismu
singgah sebagai kesenyapan
melepasku
adalah sederetan
kerumitan bunga-bunga
yang datang tiba-tiba
pergi tiba-tiba
menampar kesepianku
6/
jangan lupakan
diriku
kemanapun kau menembus bintang
karena aku adalah sang bintang
walau sesaat itu
adalah benalu bagi dagingku
; katamu
7/
sunguh...kecupan dan pelukan itu
takkan pernah kering
mengisi ingatanku
selamanya...
*Lovina-Wayan Sunarta
Senin, Juli 13
cinta itu telanjang
mengutuk sujud kesepian
menjadi batu
bernama rindu
dalam diriku
wahai Dayang Merindu
apa salah cintaku
menjadi angkuh
tujuhbelas purnama
aku genapkan di atas perahu
tapi diammu
menyuburkan hujan
dalam mawar ungu
menggerakkan suaraku
menjadi sembilu
wahai
kesabaran telah menguap
sebagai upacara
aku menunggu musim
yang berlari dalam
kedinginan tapa
apa salah kau menghukum
kata-kataku
menjadi batu sukmamu
dukacita diriku
dan kau
batu paling batu
dunguku