Sabtu, September 26

Jiwa Dalam Gelas

kupindahkan perasaan ke dalam gelas, ia lebih harum dari teh kesukaanmu

tegukan pertama adalah tarikan nafasku yang rebah di tenggorakanmu

tegukan terakhir bahwa kau tahu segala kesepianku

(2009)

Kamis, September 24

Unggun

- bintang ungu

yang berkobar di matamu itu yang bergetar dari udara yang karam dibiaskan tatapanmu telah membuat bahasanya sendiri di jantungku

dan kaukah itu ? yang tenggelam segalanya di sini, di seluruh tarikan nafasku yang menuliskan mimpi remaja dalam buku-buku yang tak pernah selesai kurekatkan di jendela penuh ragu

entah berapa kali lagi kau akan mengerti kesepianku yang paling dalam. mungkin ketika usia mulai terbakar di sunyi kamar. kau berkenan menjadi bintang di langit-langitnya. seraya menyalakan lampu di sebuah sudut yang dibaui kesepian

kau turun dan berenang di atas guling dan kasur. menggelapar menyeret masa depanku yang bicara pelan-pelan di kaki ranjang.

kadang aku bermimpi serupa chairil, menjemputmu dengan kematian. masa berjibaku di antara angan. dikutuk sumpahi pengembaraan yang kubuat sendiri dalam kegamangan

ketika kuminta segalanya kembali, biar tak ada yang membagi. kaulah yang pertama memegang tapakku. kau mantrai hingga aku berdiri meneruskan perjalanan

dinda ! dengan apa aku tulis kesepian. sampai kau datang tak lagi berkata enggan.
mengisi hidupku dengan kepastian

(2009)

Minggu, September 13

Agrabah

aku datang jasmine tanpa mahkota pangeran, tanpa kuda, , tanpa pundi-pundi berlian untuk meyakinkan perkara cinta yang menyebelah

di kotamu, aku tak merasa sebagai orang asing untuk bermalam, engkau tahu itu

jasmine, udara telah karam di sebilah tembok, tapi angin tak mungkin sampai merobek isi hati

aku bukan penyihir kesal itu, tapi penyair yang datang dengan hati ungu

mencintaimu adalah maklumat yang tak mampu kulenyapkan seperti api yang padam tak terhantarkan

Sabtu, Agustus 29

Tak Ada Rindu

sisa hujan sore tadi
bertalu di antara dedaunan basah
di langit bulan bergerak-gerak membuat bayangan
peri-peri dari negeri lelembut

tak ada kerinduan yang dapat diterjemahkan kedalam buku-buku
sepi menjadi dirinya sendiri dan enggan mengisi kesendirianku

aku disibukkan mimpi-mimpi patah
kenangan yang membaca gerimis
membuatku berseru

o, gerimis penuh
apakah kau merasakan jiwa
tanpa rindu terkapar
tidak dimengerti siapapun
aku menginginkan wajahku
tenggelam dalam. sedalam-dalamnya

ada baiknya rindu selalu memburu
agar sepi nikmat menusuk kalbu

Tersebab Luka

: yun, ada baiknya luka itu semakin luka agar kenangan begitu kekal dalam ingatan


apakah dirimu benar-benar lupa
ini hari apa. maksudku tanggal berapa
: tanyamu padaku
ketika matahari mengajakku
berangkat lagi mengunjungi suatu negeri

aku tak menjawab
pertanyaanmu itu sesuai keinginanmu
bagiku, hari telah biasa untukmu.
tak ada apa-apa. tak begitu istimewa

entahlah. aku melihat musim
berhasil menutup luka
yang kusimpan di lemari

fotomu yang sempat kubingkai
nampak gemetar. lalu muncullah
ingatan setengah remajaku di sana

ada secangkir es krim meleleh
di bajumu yang berwarna biru
atau setangkau mawar putih
yang kuselipkan secara diam-diam
di blonda rambutmu. ada tanganku
yang meraba kesepianmu
dan bibirku yang keluh mengucapkan sesuatu

mungkin keangkuhanku kepada diammu
terbakar dan tinggallah permenunganku yang usai
terhadap wajahmu

begitulah...seakan asing sendiri
setelah lagu lama itu
terdengar bagai salak anjing
yang menjadikan dirimu enggan
terlelap

(bukan perpisahan kutangisi, tapi pertemuan kusesali)

engkau, yun ! tetaplah bagai burung
bertualang dari rimbun pohon
ke rimbun pohon

aku di sini
mendengar langit berbisik
aku meraba kerumitan tiap lecutan detik

ada kenangan yang meluruskan
kepribadianku. di tengah pertanyaan
yang tak kujawab serius itu