Selasa, Juni 30

Tentang Kangenmu

- Tri Agustini

sengaja kubiarkan semua diam
seperdetik ketika itu
terlelap, kubiarkan dirimu
kangen padaku

seperti katamu
agar tak ada yang bosan
sembari kita meraba-raba
dalam kebutaan dingin sepi itu

Sesaat Sebelum Dingin

bagi Tri Agustini


selain perkataan
kangen yang terbata kuucapkan
entah apalagi yang dapat kumengerti

untuk kulafazkan kembali
sebelum dirimu bermimpi
malam ini

agar kata itu tak keluh
sampai di ubun-ubunmu
kemudian menanggalkan bekuan
kesepian yang pernah kubisikkan
di pengupinganmu ketika itu
sesaat sebelum dingin
datang padamu
aku takut sayang, katamu.

Rabu, Juni 17

Barangkali Beginilah

- cara menuliskan kenangan

aku duduk sendiri. ada perasaan sia-sia. kekuatan yang muncul di mataku. menetes dingin. candu yang keras dan mabuk bagi ingatan. meleleh dan terbuka. sujud-sujud dalam, telah merapatkan keangkuhanku kepada cinta. keyakinanku menuju langit kau patahkan sebelum menjangkau matahari, sebelum paripurna. dan terkulai sobek mengisi mataku yang membening.


adakah yang kau abadikan di ujung gelombang. jika cahaya berbinar menggerakkan gemintang. sungguh, surat-surat yang kita tuliskan di bukit itu. menjadi semesta di atas noktah, di atas beribu kesendirian, dan puncak-puncak yang tak pernah utuh dalam semedi. dan keangkuhanku, dan kesepianku. menjadi munajat, menjadi kutukan memar yang menumpaskan kepedihan.

barangkali beginilah. riwayat kita. meraba. menerka cinta.

Munajat Putusasa

- bagi Nisa Amalia

tak perpisahan sempurna bagimu. hanya suara mendesing di ujung perempatan. menjelma gelisah dan terbakar di tangan. ah..guratan itu telah mengerak bahkan gosong dimakan kecemasan. sementara memori-memori tentang dunia lain. mengendap sendiri. larut dan kalah.

tak apa. aku sudah biasa tersenyum tenang, walau hatiku menangis*. berjalanlah, berjalanlah membiakkan lagi kedunguan dan kemabukan yan tak pernah usai. dan biarkan kusendiri, tanpa kau coba menuntunku**.

sujud putus asa darinu. menyingkap bulan-bulan yang aus tergantung di pohom mawar. sembari memainkan duri-duri, serbuk sari dan kelopaknya gugur. dan cha..ingatkah engkau dongeng-dongeng negeri atas. kita sembunyi, terdiam di balik awan dan melihat di balik hujan***. lima anak manis dan manja bermain di situ. cha...


* walau habis terang (peterpan)
**terbaik dan terindah (peterpan)
*** di balik awan (peterpan)

Sabtu, Juni 13

Surat Coklat Dalam Kado

- bagi krista

sepotong coklat
terasa lebih manis
jika dinikmati bersamamu

sebuah percakapan
juga terasa lebih manis
jika itu bersamamu

dalam sepotong coklat
percakapan menjadi
cerita paling manis bersamamu

Mawar Seribu Kelopak

tangkai. mahkota seribu kelopak. aku dibawa musim menuju serbuk sari. angin menampakkan wajahnya. kami berdua terapung di atas duri-duri nakal. sebab kerinduan menyadarkan luka-luka, di atas kelopak yang gugur satu persatu, kemudian menjadi abad, dan menua. dan lihatlah. tangkai. seribu kehidupan ada di sana. matahari-pun berayun.

ketika pandanganku beralih ketimur, napasku telah meremas lehermu. sementara seribu kelopak telah menafsirkan cinta itu.

Dengar, Bisik, Rasakan

dengar...cerita kesepian pada lumut, paku-pakuan, gemiau air, dan beribu isyarat alam yang tumbuh di jantungmu. bahwa cinta dan kerinduan mengantarkan pada mabuk paling dungu.

bisikkan kembali mabuk itu. menuju cakrawala. sampai kesepian tak lagi mengisi isyarat. sampai cinta berkarat oleh bahasa senantiasa...

rasakan lagi, kesepian telah menua di tangamu. mungkin tak ada lagi yang sanggup menggenapkan riwayat itu, janji itu.

Mencuri

sejak diriku dilahirkan ke dunia. ibuku tak pernah mengajarkan padaku, bagaimana mencuri yang baik. beliau berkata, mencuri akan merusak kepribadianmu sebagai manusia.

kecuali perihal mencuri itu. ibuku mengajarkan banyak hal. ia mengajarkan aku cara menghargai waktu, persaudaraan, kasihsayang, persahabatan, percintaan, dan lain sebagainya. kelak semua itu akan sangat berguna bagi hidupku, katanya.

karena diriku masih penasaran. mengapa ibuku tak pernah mengajariku untuk mencuri. apa hubungan kepribadian dengan mencuri.

setiap malam purnama, tepat ketika bulan tertidur nyenyak. aku keluar lewat jendela. kutemui seorang guru, kemudian guru yang lain, seorang guru lagi. untuk belajar mencuri.

begitulah tanpa sepengetahuan ibuku. selama belasan tahun. guru-guruku telah mengajarkan berbagai macam ilmu mencuri padaku.

mereka mengajarkan padaku. bagaimana seorang pegawai mencuri uang bosnya. seorang suami mencuri harta simpanan istrinya. seorang pejabat mencuri kemakmuran rakyatnya. dan seterusnya, dan sebagainya.

kelak, dari sekian banyak ilmumencuri yang kupelajari dari guru-guruku. jika aku pergunakan akan merusak kepribadianku. itulah perkatan yang kuterima setiap selesai pelajarn mencuri.

anehnya, semua guru yang kudatangi itu. selalu memberikan pesan terakhir dalam penglepasanku untuk turun gunung.
" semua ilmu mencuri yang kumiiliki telah kau terima...kecuali satu hal. aku tidak dapat menyebutkan yang kumaksud, apalagi mengajarkannya padamu. kelak bila masamu bergerak dan membakar gelisahmu. suatu pertemuan yang sakral bagimu. nah, dialah orang yang dapat mengajarkan ilmu mencuri itu padamu. "

perkataan itulah yang selalu kuingat sampai kini. semua guruku tidak memberikan satu dari ilmu mencurinya padaku. apakah itu ilmu pamungkas mereka. akupun tak paham.

artinya, aku harus mencari lagi. seseorang yang dapat menggenapkan segala ilmu mencuri yang kudapatkan.

berhari-hari, waktu kanakku membusuk kering. matahari remajaku berputar-putar. aku menerka-nerka. maksud sebenarnya perkataan guruku.
belum juga kutemukan dirinya.

dan ketika potongan matahri naik kepundakku. bayangan menjadi gelisah menjadi seorang menjadi kamu. kepribadiannku rontok. aku kembali menerka-nerka berwaktu-waktu lamanya. sukmaku kalangkabutan. badanku menggigil kepanasan.

lalu cahaya yang membengkak dari bayang itu, ternyata benar-benar kamu.

(malamku mengelupas, sajak-sajak bahan mengolah sikapku)
seratus malaikan turun, menyerupai kabut. memberiku sebuah firman.

ya...kuputuskan. aku ingin belajar mencuri padamu, mencuri untuk melengkapi kepribadianku.
mencuri hatimu....
- wanitaku.

Surat Kepada Api

bila kenangan dapat kubakar
maka setiap jarak
yang ada. akan kubakar kembali keasalnya

dimanapun, matahari dan langit terus berperang
nah, situlah kenangan akan menghabisi riwayatnya sendiri.

Jumat, Juni 5

Epitaf

-Buat Meta

pernah kuminta sebuah kunci
untuk membuka hatimu
yang diam di kelopak-kelopak mawar

karena aku sangat berharap
ada embun yang menetes dari hatimu
mengobati mataku yang buta
oleh didih pukaumu

aku mengeluh, menggapai-gapai
potret yang jatuh mengepungku
dalam kerak sajak. beribu sujud aku tetaskan
menujumu. tapi kunci yang kuminta
tak pernah kau lempar ke tanganku

kau beri aku buku-buku
yang menghidupkan pena

di situlah segalanya
menjadi aku

atas kesepian yang memar
aku tuliskan rupamu dalam kenangan
menggantinya dengan berbagai makna. ingatan.

Met, kini kerinduanku dikalahkan kenangan
ingatan akan harapanku kepadamu
kata yang berdarah kuucapkan.
mungkin tak akan berarti selamanya bagimu

kunci dunia yang kau ledakkan melalui tanganku
senantiasa menenteramkan segala rahasia
yang tak pernah kucapai seutuhnya

karena itulah aku dapat melihat semesta yang lain
selain hatimu yang menerbitkan mabukku paling dungu
mengantarkan aku dalam perburuan sajak-sajakku

Interval Malam

- buat krisna

hanya mata yang melempar rasa malu
aku terjebak matamu
melenyapkan kata-kata
menjadi keluh dan mati

(aku bergegas mencari angin
sukmaku menemui mimpimu)

aku tersekap dalam dingin
igauan subuh yang kepingin

Bintang Ungu

cukup jauh jarak ini
tapi kamu membuka malamku

ada kamu berjekaran
di atas warna remajaku

perlahan. muncullah garis-garis
yang membujur, melingkar
melalui mimpi masa depanku

diam langit, sejauh cahaya
jatuh, kemudian pecah
aku menunggumu turun
menjejakkan kakimu
dalam kalbu

tak ada yang lain
kecuali cinta
yang semayam
tergolek di depan pintu
untukmu...

Memoar Luka

tiada yang lebih rindu
selain mengenangkan
luka memar
atas bunga-bunga
nafasmu

dan kesunyian
naik ke ubun-ubunku
menggeraikan kelopaknya
yang kucuri dari rambutmu

segala wangi rindu
memabukkan aku
hingga paling dungu

terkutuk dalam kesepian
yang membatu

Lettermemo

i.
- all teachers
di lantai koridor
susut cafe, perpustakaan
dinding bebal

jejakku menuju angkasa
ada waktu
terbakar melalui mikrofon
majelis, matahari tanganku

ii.
- firman, reni, dedi, dst...

seratus dewa menantangmu
seratus matahati di setiap tangannya

tak ada kata lain
"LAWAN"
jika kau tahu
tuhan telah menitipakn seribu
tangan untuk menggenggamnya

iii.
- reni
diammu, diamku
bagi pena dan lorong-lorong
bahasa, dan kalbu berdarah
berakhir dalam kenangan
tak bernama