Sabtu, Juni 13

Mencuri

sejak diriku dilahirkan ke dunia. ibuku tak pernah mengajarkan padaku, bagaimana mencuri yang baik. beliau berkata, mencuri akan merusak kepribadianmu sebagai manusia.

kecuali perihal mencuri itu. ibuku mengajarkan banyak hal. ia mengajarkan aku cara menghargai waktu, persaudaraan, kasihsayang, persahabatan, percintaan, dan lain sebagainya. kelak semua itu akan sangat berguna bagi hidupku, katanya.

karena diriku masih penasaran. mengapa ibuku tak pernah mengajariku untuk mencuri. apa hubungan kepribadian dengan mencuri.

setiap malam purnama, tepat ketika bulan tertidur nyenyak. aku keluar lewat jendela. kutemui seorang guru, kemudian guru yang lain, seorang guru lagi. untuk belajar mencuri.

begitulah tanpa sepengetahuan ibuku. selama belasan tahun. guru-guruku telah mengajarkan berbagai macam ilmu mencuri padaku.

mereka mengajarkan padaku. bagaimana seorang pegawai mencuri uang bosnya. seorang suami mencuri harta simpanan istrinya. seorang pejabat mencuri kemakmuran rakyatnya. dan seterusnya, dan sebagainya.

kelak, dari sekian banyak ilmumencuri yang kupelajari dari guru-guruku. jika aku pergunakan akan merusak kepribadianku. itulah perkatan yang kuterima setiap selesai pelajarn mencuri.

anehnya, semua guru yang kudatangi itu. selalu memberikan pesan terakhir dalam penglepasanku untuk turun gunung.
" semua ilmu mencuri yang kumiiliki telah kau terima...kecuali satu hal. aku tidak dapat menyebutkan yang kumaksud, apalagi mengajarkannya padamu. kelak bila masamu bergerak dan membakar gelisahmu. suatu pertemuan yang sakral bagimu. nah, dialah orang yang dapat mengajarkan ilmu mencuri itu padamu. "

perkataan itulah yang selalu kuingat sampai kini. semua guruku tidak memberikan satu dari ilmu mencurinya padaku. apakah itu ilmu pamungkas mereka. akupun tak paham.

artinya, aku harus mencari lagi. seseorang yang dapat menggenapkan segala ilmu mencuri yang kudapatkan.

berhari-hari, waktu kanakku membusuk kering. matahari remajaku berputar-putar. aku menerka-nerka. maksud sebenarnya perkataan guruku.
belum juga kutemukan dirinya.

dan ketika potongan matahri naik kepundakku. bayangan menjadi gelisah menjadi seorang menjadi kamu. kepribadiannku rontok. aku kembali menerka-nerka berwaktu-waktu lamanya. sukmaku kalangkabutan. badanku menggigil kepanasan.

lalu cahaya yang membengkak dari bayang itu, ternyata benar-benar kamu.

(malamku mengelupas, sajak-sajak bahan mengolah sikapku)
seratus malaikan turun, menyerupai kabut. memberiku sebuah firman.

ya...kuputuskan. aku ingin belajar mencuri padamu, mencuri untuk melengkapi kepribadianku.
mencuri hatimu....
- wanitaku.

0 yang bernyanyi: