Jumat, April 10
hanya jiwa yang kita padukan dalam mabuk ini. entah berapa cawan lagi, lubuk paling dalam dari mabuk menghabiskan riwayat sepi kita, dinda. hingga paripurna hayat kita berpelukan di atas ranjang pertemuan, dimana buah pergulatan itu mengalirkan tangis pertama dalam ketukan siang malam. beserta kelambu subuh yang mendekap tangis membangunkan lelap kita. ah terlalu larut memang, pengertian anggur ini. sampai percakapan ini menuju kebeningan abadi. kepada sajak-sajak yang kutuliskan bersama anyir darah. kepada kalbu yang bersimpuh di ujung waktu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 yang bernyanyi:
Posting Komentar